Sabtu, 22 Maret 2014

Tarbiyah, Menyejarah

HARI itu, anak beranak, Ibrahim dan Isma'il menyelesaikan tugas peradaban mereka; membina dan meninggikan dasar-dasar Baitullah. Mereka berdua, dengan peluh yang belum terseka pada terik padang pasir yang memeras keringat, menengadahkan tangan. Doa itu, doa yang sederhana. Meminta agar amal-amalnya diterima. Doa itu, doa yang tawadhu'. Memohon petunjuk untuk beribadah dalam ridhaNya. Doa itu, doa yang menyejarah. Memohon kesinambungan peradaban untuk suatu ummat yang terus mendengar ayat-ayatNya, mempelajari kitab dan hikmah, serta mensucikan dirinya.
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengerjakan kepada mereka Al Kitab dan Al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.s. al-Baqarah [2]: 129)
          Doa itu berjawab. Dengarlah ketika Allah mengingatkan pewaris-pewaris Ka'bah yang membanggakan Ibrahim namun meninggalkan jalannya itu dengan sebuah kalimat yang abadi.
"Sebagaimana Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepada kalian, Kami telah mengutus kepada kalian seorang Rasul di antara kalian yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian dan menyucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kalian apa yang belum kamu ketahui. (Q.s. al-Baqarah [2]: 151)
          Lalu kaum yang buta huruf itu pun diajari untuk mendengarkan ayat-ayat Allah, mensucikan diri mereka dari dosa-dosa dan perilaku jahili, serta mempelajari Kitab Allah dan peri teladan yang diutusnya untuk menjadi kemuliaan bagi mereka. Muhammad, Shalallahu 'Alaihi wa Sallam adalah jawab bagi doa Ibrahim dan Ismail. Tiga hal selalu tersebut dalam ayat yang senada ini. Perhatikan misalnya, tiga kata yang selalu saya tebalkan di masing-masing ayat.
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Q.s. al-Jumu'ah [62]: 2)
          Inilah tiga lankah yang dilakukan Rasulullah untuk merevolusi masyarakat jahiliyah, masyarakat yang berada dalam kesesatan nyata, menjadi guru dunia. Pertama, tilawah, berarti membacakan ayat-ayat Allah. Kedua, tazkiyah, artinya mensucikan. Dan ketiga, ta'lim, artinya mengajarkan. Secara sederhana, sering kita menyebut tiga hal dari doa Ibrahim, ijabah Allah, dan langkah-langah pembinaan Rasulullah itu dengan satu kata ringkas: tarbiyah
           Syaikhul Azhar 'Ali 'Abdul Halim Mahmud menyebut tarbiyah sebagai cara ideal dalam nerinteraksi dengan fithrah manusia, secara langsung maupun tidak, untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik. Proses itu, menurutnya. harus menyentuh seluruh aspek kehidupannya, meliputi ruh, akal, dan jasmaninya. Setelah lama kaum muslimin 'sekedar menikmati' peradaban yang dibangun para pendahulu dengan jalan Nabawi itu, abad keduapuluh menyaksikan penggalian kembali nilai tarbiyah sebagai konsekuensi sampainya mereka di titik terbawah kemerosotan.
            Saat itu, cuaca peradaban sedang suram di seluruh dunia Islam. Mentari benar-benar telah tenggelam setelah kabut yang menggulung berabad lamanya sempurna menjadi malam dengan senja yang bertanduk syaithan. Tetapi empat tahun setelah 1924, tahun yang dikenang Taqiyyudin An Nabhani dan pergerakan Hizbut Tahrir sebagai tahun runtuhnya Khilafah, di mesir, purnama itu mulai mengintip malu dari balik awan, lelaki itu, Hasan Al Banna, membuat sebuah keputusan menyejarah di usianya yang keduapuluh dua. Al Ikhwan Al Muslimun. Pergerakan yang core-nya ia desain menurut doa Ibrahim, sesuai ijabah Ilahi, dan langkah-langkah Nabawi. Tarbiyah.
             'Umar At Tilmisani, pelanjutnya yang ketiga, menyebut sisten tarbiyah ini dalam membangkitkan kejayaan Islam akan menjadi jalan yang sangat panjang tapi tercepat, butuh waktu lama tapi terjamin hasilnya, dan perlu banyak pengorbanan namu terjaga ashalahnya. Demikianlah, katanya, karateristik da'wah para Rasul.
               Bagi gerakan yang didirikan Al Banna, tarbiyah sedikitnya memiliki tiga makna. Katakanlah ia berakar dari kata Rabaa, Yarbuu. Tumbuh. Tarbiyah menumbuhkan seseorang dari kekanakan ruh, kekanakan akal, dan kekanakan jasad menuju kematangan dan kedewasaan masing -masingnya. Ruh yang dewasa, akal yang dewasa, dan jasad yang dewasa untuk memetakan diri, menyikapi masalah-masalah., dan mengemban tugas-tugas. Tarbiyah adalah sebuah improvement.
               Atau Rabiya, Yurbii. Berkembang. Tarbiyah mengembangkan manusia Muslim dalam kemampuan-kemampuan yang dibutuhkannya menjalani kehidupan. Ia dalam tugasnya sebagai 'Abdullah ynag beribadah kepada Allah, dan sebagai khalifah yang akan mengelola bumi seisinya di-training untuk memiliki kompetensi yang dikembangkan dari potensi-potensi yang telah dikaruniakan Allah kepadanya, ia mengajaknya mengembangkannya. Tarbiyah adalah Development.
                Atau Rabbaa, Yarubbu. Memberdayakan. Ia yang telah tumbuh dan berkembang, harus diarahakan untuk berdaya guna. Islam memanggil manusia-manusia Muslim untuk membuktikan keunggulannya. Islam menghendaki agar sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat, paling besar daya guna dan kontribusinya bagi dunia. Tarbiyah adalah Empowerment.
                Dalam kerangka kerja peradaban Anis Matta, tarbiyah adalah afiliasi, partisipasi, dan kontribusi. Jarak antara Islam dan manusia Muslim sedemikian jauh, hingga Muhammad 'Abduh harus tertekuk dengan ungkapan terkenalnya, "Al Islamu mahjuubun bil Muslimiin, Keagungan Islam telah terhijab oleh kekerdilan pemeluknya." Maka dibutuhkan sebuah rekontruksi terhadap manusia Muslim agar ia menjadi terjemahan hidup dari Islam yang tertatah dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
                 Islam, kata beliau, dengan mudah akan memenangkan pertarungan di tataran ideologi dan pemikiran. Tetapi medan pertarungan yang sesungguhnya justru terletak di belantara politik, di panggung budaya, di tengah desingan mesiu, dan di seluruh pojok bumi. Itulah medan manusia.Kebenaran Islam adalah layaknya sebilah pedang panjang terhunus yang menanti tangan perkasa sang pahlawan.
                  Langkah pertama, afiliasi, mengisyaratkan agar dakwah mengembalikan keberpihakan ummat kepada agamanya. Pemahaman terwaris itu harus diubah menjadi pemahaman yang diperoleh dalam keterbimbingan. Keislaman itu harus memiliki akar yang tidak mudah tercabut dari hati. Bangunkan ketertiduran itu. Padanya ada kerja-kerja tarbiyah. Membacakan ayat Allah, mensucikan hati, dan mengajarkan apa-apa yang akan menjawab pertanyaan dan kebutuhan mereka.
                   Langkah kedua, partisipasi, adalah kerja-kerja untuk melepas individu muslim yang kokoh afiliasinya terhadap Islam ke tengah masyarakat. Ia yang shalih akan menjadi seorang mushlih, mendistribusikan keshalihannya di tengah masyarakat. Ia menjadi bagian, sekaligus inti kerja keras yang akan menguatkan masyarakat. Padanya ada kerja-kerja tarbiyah. Menumbuhkan, mengembangkan, memberdayakan.
                    Langkah ketiga, kontribusi, adalah memastikan agar tiap individu Muslim yang berpartisipasi itu mencapai taraf optimal dalam memberikan kontribusi bagi Islam. Salah satu sumber kekayaan masyarakat Islam adalah keunikan individual dari masing-masing manusia Muslim, yang apabila potensi-potensi itu tertuang secara penuh dan membentuk suatu muara Islam yang sinergis, sebuah gelombang peradaban yang dahsyat akan segera bergemuruh membelah sejarah. Padanya ada kerja-kerja tarbiyah. Menyentuh seluruh aspek kehidupan. Ruhnya, akalnya, dan jasadnya.
                     Akan ada waktu kiranya, kata beliau, di mana umat manusia akan sulit membedakan antara pesona kebenaran Islam, dengan pesona kepribadian Muslim. Saya percaya, tentu dengan satu kata awal yang menyejarah itu. Tarbiyah.

Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim, Salim A. Fillah

Tulisan Ustad Salim yang saya salin di atas berperan dalam menjaga semangat saya dalam melingkar, berkumpul, berdiskusi, dan, berbagi dengan teman-teman sholihah, Sahabat surga. Insya Allah.

Sabtu, 15 Maret 2014

Momentum

Tepat 14 Maret kemarin umur saya bertambah. Jatah hidup saya berkurang. Entah berapa lama lagi.

Buat saya mengingat hari lahir itu penting. Untuk apa? Sebagai manusia saya sering lupa, khilaf. Suatu hari mungkin menangis dalam sujud. Hari lain terlarut dalam tawa sampai lupa diri. Suatu hari terkobar semangat menggebu. Hari lain terkulai tak produktif.
Tanpa sadar kita sering menganggapnya sebagai hari paling spesial. Karena pada hari itu seolah-olah dunia memperhatikanmu. Saya menganggapnya sebagai momentum. Hari itu mengingatkan berapa lama kita telah diberi kesempatan hidup (artinya kesempatan untuk beribadah) dan apa saja yang telah kita perbuat untuk umat dan bekal di akhirat. Memang, mengingat hal itu bisa kapan saja dan harusnya setiap hari. Namun itu lah, saya sering terlupa, untuk sekedar mensyukuri nikmat nafas yang masih berhembus hari ini atau mengevaluasi ibadah dan interaksi sosial.
Sama seperti tahun baru, ada evaluasi dan resolusi. Momen-momen yang dijadikan penting bagi orang-orang yang "perencana" seperti saya. Saya tidak merayakannya. Hanya memanfaatkannya untuk merencanakan hidup yang lebih baik untuk akhir yang terbaik. Adanya pergantian tahun, bulan, dan batas tanggal agar kita sadar hidup di dunia itu terbatas.
Hari kelahiran ini mengingatkan saya pada segala target yang saya tetapkan pada tahun ini. Dan momentum ini menjadi pematik agar api semangat saya tak meredup dan terus berkobar.
Memang, alangkah indahnya jika setiap hari sama seperti momentum-momentum itu. saya selalu berharap, setiap hari semakin baik dan istiqomah dalam kebaikan.
Mohon doa dari teman-teman sekalian.

Kita sering menganggap hari ulang tahun begitu spesial. Seperti saya katakan tadi, seolah dunia memperhatikanmu. Hari itu kita akan sibuk membalas ucapan, mengamini doa, menerima kado, dan bersenang-senang bersama keluarga dan teman-teman.
Beberapa tahun belakangan, saat saya mulai memaknainya dengan cara berbeda. Saya mulai merasa, seharusnya hari itu ada momentum lain. Saya fikir, bukan kah itu peringatan hari kelahiran saya? Seharusnya saya juga mengingat saat-saat saya mulai tersentuh udara dunia yang berbeda dengan di dalam rahim. Membayangkan bagaimana ibu saya melahirkan dengan susah payah, mempertaruhkan hidupnya untuk kehidupan saya setelah sebelumnya selalu menjaga saya dalam kandungannya selama sembilan bulan. Dan setelah saya lahir merawat, mengajarkan, membimbing, dan memberikan banyak hal yg tak sekedar materi sampai saya baligh.
Tradisi membuat kita selalu menunggu kado dari kedua orang tua. Sejak saya mulai memikirkan bagaimana saya ada di dunia ini dan perjuangan seorang ibu membuat saya paham ada hal yang lebih penting. Pada hari itu saya selalu mengucapkan terima kasih kepada ibu yang telah melahirkan, merawat, membesarkan, mendidik dan mengenalkan saya dengan yang menciptakan saya.
Hari ulang tahun juga merupakan momentum mengingat jasa-jasa ibu selain pada hari ibu terutama bagaimana ibu mempertaruhkannya nyawanya.
Tentu saja Menghormati ibu, menyayangi ibu, dan mengasihi ibu harus dilakukan setiap hari. Tapi lagi-lagi aku sering terlupa untuk menegaskan hal itu sehari-hari. Bahkan tanpa sadar sering terlepas keluh kesah dari lisan ini. Ini momentum, untuk mengingat kita, menjadikan kita lebih baik dan menghindari dari yang buruk

Mengurai cerita tentang ibu selalu membasahi pipi dengan sungai air mata. Padahal ini hanya sebagian kecil tentangnya, bahkan teramat kecil.

Ibu, aku tahu terima kasihku belum mampu menggantikan jasamu. Aku mohon ridhamu untuk ilmu yang aku pelajari dan mohon doamu untuk Al-quran yang aku hafalkan. Agar kelak aku bisa memakaikan mahkota terindah untukmu di surga nanti. Doakan aku agar menjadi perempuan yang sholihah dan istiqomah agar kelak bisa berjumpa dengan Rasulullah, ibunda Khadijah, Aisyah, Fathimah, Asiah, dan para bidadari di surga nanti.

Ibu, aku mencintaimu hanya karena Allah :')

Senin, 03 Maret 2014

Sebenarnya Ini Curhat

WELCOME MARCH!!!

Sebenernya maret sudah memasuki hari ketiga (perasaan baru kemarin tgl 1) -_-
Akhir-akhir ini jarang nge-blog. Setelah mempersiapkan wisuda itu gue jadi jarang nulis di sini. Ketika ada keinginan bingung mau menulis apa. Terkadang, ketika ada ide malah bingung memulai. Saat itu lah sebuah buku yang kini gue sebut jurnal, bukan diary lagi (biar kerenan :p), menjadi teman yang baik. Ya, gue masih suka menulis apapun pada sebuah buku. Tentang ide-ide, pengalaman berharga, perasaan yg tersimpan, opini pribadi sampai hal remeh-remeh.

oiya, ini ada oleh-oleh dari wisuda kemarin




Doakeun saya bisa menjaga hafalan saya :')


Pertama kali buat blog ini gue sih berharap bisa rajin menulis. Apapun itu. Karena gue percaya setiap kali kita menulis kualitas tulisan akan semakin baik. Semoga gue gitu u,u. Lain waktu gue ceritain deh kenapa gue mau nulis blog tapi ga mau orang lain baca. sampai sekarang gue promosi ke beberapa orang dan minta pendapat. Lain kali ya :D
Ngeblog ini buat gue jadi rajin membaca dan belajar dari tulisan orang-orang. intinya gue jadi sering blog walking gitu. Gue kan masih anak bawang jadi harus banyak belajar dari orang-orang yang tulisannya menginspirasi juga menggerakkan banyak orang. Bahakan gue jadi bisa mengenal orang dari tulisannya. Dan baru aja gue baca seluruh tulisan dari temennya temen gue yang sebenernya gue ga kenal orangnya. Gue suka tulisannya dan itu memberikan energi positif untuk kegiatan gue setelah menulis post ini. Gue berharap tulisan gue semakin baik, bisa menginspirasi dan menggerakkan orang lain juga. Amiin..

Berhubung ini maret, gue punya kebiasaan menuliskan semangat maret di buku-buku gue. March always amazing and this year will be spectacular. Jadi dalam nuansa (masih) SEMANGAT PENAKLUKAN ini datangnya maret jadi bahan bakar berharga untuk mengobarkan api semangat gue (9^^)9
Seperti yang gue tulis di menyambung mimpi 2014. Ada satu target besar pada maret ini. Lagi-lagi, saya mohon doa dari semua yang membaca tulisan ini :)

Nanti sore atau malam gue mau menulis lagi. Sekarang mau mengerjakan tugas dulu... 
See yaaaa


*Sebenernya ini curhat kali yaaa*