Sabtu, 15 Maret 2014

Momentum

Tepat 14 Maret kemarin umur saya bertambah. Jatah hidup saya berkurang. Entah berapa lama lagi.

Buat saya mengingat hari lahir itu penting. Untuk apa? Sebagai manusia saya sering lupa, khilaf. Suatu hari mungkin menangis dalam sujud. Hari lain terlarut dalam tawa sampai lupa diri. Suatu hari terkobar semangat menggebu. Hari lain terkulai tak produktif.
Tanpa sadar kita sering menganggapnya sebagai hari paling spesial. Karena pada hari itu seolah-olah dunia memperhatikanmu. Saya menganggapnya sebagai momentum. Hari itu mengingatkan berapa lama kita telah diberi kesempatan hidup (artinya kesempatan untuk beribadah) dan apa saja yang telah kita perbuat untuk umat dan bekal di akhirat. Memang, mengingat hal itu bisa kapan saja dan harusnya setiap hari. Namun itu lah, saya sering terlupa, untuk sekedar mensyukuri nikmat nafas yang masih berhembus hari ini atau mengevaluasi ibadah dan interaksi sosial.
Sama seperti tahun baru, ada evaluasi dan resolusi. Momen-momen yang dijadikan penting bagi orang-orang yang "perencana" seperti saya. Saya tidak merayakannya. Hanya memanfaatkannya untuk merencanakan hidup yang lebih baik untuk akhir yang terbaik. Adanya pergantian tahun, bulan, dan batas tanggal agar kita sadar hidup di dunia itu terbatas.
Hari kelahiran ini mengingatkan saya pada segala target yang saya tetapkan pada tahun ini. Dan momentum ini menjadi pematik agar api semangat saya tak meredup dan terus berkobar.
Memang, alangkah indahnya jika setiap hari sama seperti momentum-momentum itu. saya selalu berharap, setiap hari semakin baik dan istiqomah dalam kebaikan.
Mohon doa dari teman-teman sekalian.

Kita sering menganggap hari ulang tahun begitu spesial. Seperti saya katakan tadi, seolah dunia memperhatikanmu. Hari itu kita akan sibuk membalas ucapan, mengamini doa, menerima kado, dan bersenang-senang bersama keluarga dan teman-teman.
Beberapa tahun belakangan, saat saya mulai memaknainya dengan cara berbeda. Saya mulai merasa, seharusnya hari itu ada momentum lain. Saya fikir, bukan kah itu peringatan hari kelahiran saya? Seharusnya saya juga mengingat saat-saat saya mulai tersentuh udara dunia yang berbeda dengan di dalam rahim. Membayangkan bagaimana ibu saya melahirkan dengan susah payah, mempertaruhkan hidupnya untuk kehidupan saya setelah sebelumnya selalu menjaga saya dalam kandungannya selama sembilan bulan. Dan setelah saya lahir merawat, mengajarkan, membimbing, dan memberikan banyak hal yg tak sekedar materi sampai saya baligh.
Tradisi membuat kita selalu menunggu kado dari kedua orang tua. Sejak saya mulai memikirkan bagaimana saya ada di dunia ini dan perjuangan seorang ibu membuat saya paham ada hal yang lebih penting. Pada hari itu saya selalu mengucapkan terima kasih kepada ibu yang telah melahirkan, merawat, membesarkan, mendidik dan mengenalkan saya dengan yang menciptakan saya.
Hari ulang tahun juga merupakan momentum mengingat jasa-jasa ibu selain pada hari ibu terutama bagaimana ibu mempertaruhkannya nyawanya.
Tentu saja Menghormati ibu, menyayangi ibu, dan mengasihi ibu harus dilakukan setiap hari. Tapi lagi-lagi aku sering terlupa untuk menegaskan hal itu sehari-hari. Bahkan tanpa sadar sering terlepas keluh kesah dari lisan ini. Ini momentum, untuk mengingat kita, menjadikan kita lebih baik dan menghindari dari yang buruk

Mengurai cerita tentang ibu selalu membasahi pipi dengan sungai air mata. Padahal ini hanya sebagian kecil tentangnya, bahkan teramat kecil.

Ibu, aku tahu terima kasihku belum mampu menggantikan jasamu. Aku mohon ridhamu untuk ilmu yang aku pelajari dan mohon doamu untuk Al-quran yang aku hafalkan. Agar kelak aku bisa memakaikan mahkota terindah untukmu di surga nanti. Doakan aku agar menjadi perempuan yang sholihah dan istiqomah agar kelak bisa berjumpa dengan Rasulullah, ibunda Khadijah, Aisyah, Fathimah, Asiah, dan para bidadari di surga nanti.

Ibu, aku mencintaimu hanya karena Allah :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar