Minggu, 08 Desember 2013

AKU MUSTI BERUBAH: RASULULLAH TELADAN TERBAIK

Yap ini sambungan dari postingan minggu lalu.
Begitu banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari orang-orang di sekitar atau bahkan orang yang tidak kenal sekalipun. Kuncinya hanya kemauan kita untuk menerima pelajaran tersebut dan tidak bersikap angkuh untuk mau menerima kebaikan :)

Dari sekian banyak kisah-kisah menginspirasi dan juga memotivasiku untuk menjadi pribadi yang semakin baik, hanya ada satu sosok yang benar-benar teladan dalam hidupku. Aku menyebut namanya dalam sholat setiap hari. Tapi aku sering kali lupa makna dari syahadat yang aku baca. Seakan-akan apa yang aku kerjakan hanya untuk menggugurkan kewajiban.
Padahal ketika aku bersaksi atas namanya minimal sembilan kali dalam sehari. belum lagi shalawat yang dipanjatkan kepadanya. Seharusnya itu membuat rinduku padanya semakin membuncah karena menyebut namanya dan mengingat sosoknya.
Kemudian aku membaca buku-buku tentangnya. Allahu akbar... entah mengapa saat membaca kisah perjuangannya dan sahabat-sahabatnya yang begitu setia berbagai perasaan muncul tak karuan. Antara semangant yang tiba-tiba menggelora, Haru yang begitu dalam, Rindu yang teramat dan sesal yang.. ah, kenapa aku baru memahami, padahal aku telah tau kisah-kisahnya sejak kecil. Tapi seakan itu hanya kisah belaka tanpa bisa aku ambil pelajarannya.
Tapi aku telah sadar, sebaik-baiknya teladan adalah sosoknya. sosok utusan Allah yang maksum. Rasulullah Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam :')
Ya, saat aku merasa salah dalam bersikap, aku mencoba mengingat teladan-teladan yang beliau ajarkan dalam kesehariannya.

Saat aku sedang putus asa karena amanah dakwah, carut marutnya negri ini, dan rasa tidak adil yang aku dapatkan, kisah beliau saat berdakwah kepada penduduk Thaif mengingatkanku. Saat itu, sang utusan ditolak, bahkan dicaci maki dan dilempari batu hingga dari wajahnya keluar cairan merah. Sungguh sebuah perlakuan yang buruk. Namun ketika malaikat jibril menawarkan untuk meratakan Thaif dengan dua gunung di sekitarnya, Rasulullah menolak dan mendoakan agar kelak penduduk Thaif menjadi orang-orang yang setia dalam melindunginya dan istiqomah dengan keislamannya.

Ketika aku merasa sedih karena beberapa hal yang terjadi, kisah tentang Ammul Huzn menegurku. Tahun duka cita, tahun yang sangat berat untuk dilalui seorang Rasul sekalipun. Sejak pemboikatan, wafatnya Istri tercinta, yang telah memberikan segalanya untuk da'wah, disusul wafatnya seorang paman yang selalu siap untuk membelanya dan syahadat yang tak terucap dari lisannya. Sedih yang teramat dalam aku rasa. Tapi Rasulullah begitu tabah menghadapinya. Beliau tahu umat membutuhkannya dan jalan da'wah masih begitu panjang terbentang.

Ketika aku ingin marah karena kesal, sebuah kisah teladan tentang kesabaran dan perlakuan baik mengingatkannku. Rasulullah selalu mendapat cacian saat melewati rumah seorang nenek. Namun suatu hari sang utusan heran karena pada hari itu beliau tidak mendengar caci maki nenek itu. Rasulullah pun bertanya kepada tetangga nenek itu. Ternyata nenek itu jatuh sakit dan ia tidak punya keluarga yang merawatnya. Dengan sabar dan penuh kasih sayang Rasulullah merawat nenek itu. Membantunya mengunyah makanan sampai benar-benar lembut. Suat hari nenek itu merasa ada yang berbeda pada saat ia makan. Ia merasa orang yang menyuapinya berbeda dari biasanya. sampai kemudian ia tahu bahwa orang yang selama ini merawatnya adalah Rasulullah. Orang yang selama ini ia caci maki.

Saat malas dan bosan menghampiri, aku teringat saat Rasulullah menyendiri di Gua Hira untuk mendekatkan diri pada Allah. Saat itu masih masa awal pernikahan dengan Khadijah. Dalam setahun beliau menggunakan sebulan dari waktu yang diberikan Allah untuknya dengan beribadah di Gua Hira. Saat itu kondisi Makkah masih Jahiliyah, keadaan kota benar-benar tidak teratur. Rasulullah merasa perlu menyendiri untuk menghindari hiruk pikuk kota Makkah yang tidak terkendali dan mendekatkan diri kepada Zat yang begitu agung, yang tak dapat dilihat namun dapat dirasakan keagungannya.

Masih banyak teladan yang Rasulullah ajarkan. Nabi Muhammad menyampaikan Islam dengan perbuatan secara langsung. Bukankah kita sering mengeluhkan orang yang hanya menyampaikan kebenaran tapi kelakuannya bertolak belakang? Itu lah manusia tidak ada yang sempurna. Seringkali kita menolak kebaikan dengan mencari-cari kesalahan orang tersebut. Percayalah, mansusia utusan Allah bernama Muhammad bin Abdullah tidak akan mengecewakan kita dalam menyampaikan kebenaran. Karena beliau adalah utusan Allah yang  maksum (terhindar dari dosa)

Bagiku, membaca kisah-kisah keteladanan dan perjuangan beliau bersama para sahabat merupakan suatu perjalanan ke dimensi waktu yang tak terbayangkan masa kini. Saat membacanya seakan-akan berada pada masa Rasulullah. Hal itu lah yang membuatku selalu rindu berjumpa dengan Rasulullah.

Terakhir, aku teringat saat Rasulullah sedang berada dalam majelis bersama para sahabat. Rasulullah berkata, "Aku merindukan saudara-saudaraku." Kemudian Abu Bakar berkata, "Bukankah kami adalah saudara-saudaramu." Begitupula sahabat yang lain. Namun Rasulullah berkata, "Tidak kalian adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku." Lantas siapa yang Rasulullah maksud sebagai saudaranya? itulah pertanyaan yang timbul di benak para sahabat. Kemudian Rasululllah bersabda, "Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” (Hadis Muslim)
Allahu akbar, jika kita beriman, maka kita termasuk saudara Rasulullah.. Bukankah ini sungguh indah
Semoga kita istiqomah dalam memperbaiki diri dan termasuk saudara-saudara Rasulullah. Amiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar